care to visit my other blog?

care to visit my other blog?
my studies, thoughts, and ideas in English Language Learning

Wednesday, August 22, 2012

No. 3 Andalah Teladan Mereka

Bila anda bahagia, maka anak anda juga akan bahagia.
Sikap positif anda merupakan teladan bagi anak kita.
Apa yang kita lakukan secara rutin tiap hari akan dicontoh oleh anak kita sebagai sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Kalau kita sering buang sampah sembarangan, maka anak kita akan melakukan yang sama karena menganggapnya hal yang wajar. 
Demikian pula jika kita rajin sholat, insya Allah anak kita pun akan rajin sholatnya.

nah...disini ya beratnya. menjadi 'role model' itu tidak mudah...tapi bisa dilakukan.
Tantangannya adalah di konsistensi.
Tapi keuntungannya, memberi teladan adalah teknik pemberlajaran paling efektif.
Tidak perlu ngomel-ngomel, teriak-teriak, less hassle :) kalo kata guru Bahasa Inggris.

Ungkapan sederhana untuk hal ini adalah (lagi-lagi dari si guru Bahasa Inggris):

Do as I do, not as I say

Alhamdulillah, anak saya termasuk yang sangaaaat jarang nangis. Sampai tetangga sebelah rumah keheranan. Anak saya ketawa-ketawa terus di rumah :) .
Anak saya tidak pernah sekalipun merengek-rengek minta dibelikan sesuatu, apapun itu, entah makanan atau mainan. :) Artinya.....?
 


Tuesday, August 21, 2012

No. 2. Kebahagiaan bukanlah.....

Sharing dari buku "100 Cara Agar Anak Bahagia"
 No 2 . Kebahagiaan bukanlah....

Apa yang akan anda isi di titik- titik tersebut?
Betul
Kebahagiaan bukanlah kecerdasan, harta, kekayaan, barang-barang mahal.
Tetapi....
yah terkait cara No 1 kemaren dong hehehe, belum lupa kan.

Tapi tidak bisa dipungkiri, sampai sekarang pun saya masih berpikir bahwa orang yang kaya raya pasti bahagia. Kenapa? Perkiraan saya mereka pasti mau apa saja bisa beli, bisa dapatkan. Mau pergi kemana saja bisa.
Tetapi 'apa saja' itu ...apa ya?
Apakah bisa membeli tidur nyenyak?
Apakah bisa membeli 'waktu' bersama anak?

Saya bukan mengatakan bahwa kaya itu salah.
Tetap saja kaya itu harus hehehe.
Jadi inget buku lain yang pernah saya baca yaitu "7 Keajaiban Rejeki" yang ditulis oleh Ippho Santosa. Ok, kayaknya itu nanti saya tulis di 'posting' lainnya ya.

Lalu soal kecerrdasan, jelas-jelas saya tidak merendahkan kecerdasan.
Menurut saya kecerdasan itu penting, karena dengan cerdas seseorang bisa melihat sesuatu hal dari berbagai sudut pandang (ini salah satu contoh saja soal kecerdasan).
Yang dimaksud bahwa kebahagiaan bukanlah kecerdasan menurut saya ya artinya jangan sampai demi mengejar ilmu kita sampai mengabaikan 'quality time' misalnya.

Intinya, menurut saya, ya jangan memfokuskan persepsi dan tujuan hidup kita pada hal-hal yang bersifat materi.
Materi atau kekayaan hanyalah alat untuk mencapai kebahagiaan.
Betul, pasti senang sekali kalau kita bisa mengurangi waktu kerja karena penghasilan sudah cukup dan bisa banyak bermain bersama anak, atau bersilaturahim dan bercengkerama dengan sanak saudara.

Anyway, saya jadi ingat sebuah ungkapan yang sangat tepat dan selalu saya ingat terkait hal ini:

"The best things in life are free".

Buat saya 'the best things' itu adalah: bisa mencium si kecil, bisa ketawa-ketiwi sama suami saat melihat polah si kecil, pelukan yang hangat, ...and the list continues :)



Saturday, August 18, 2012

No. 1. Kebahagiaan adalah...

Keping 1 - Membangun fondasi keluarga bahagia

Buku "100 Cara Agar Anak Bahagia" berisikan 100 tips yang dibagi menjadi lima bagian besar yang disebut Keping, dari 1 sd. 5 yang masing-masing berisi 20 cara/tips.
Berikut ini adalah cara no 1 dari keping no 1

No 1. Kebahagiaan adalah...
Kita harus bisa mendefinisikan kebahagiaan itu apa, dan mungkin definisinya pun berbeda-beda bagi tiap orang. Dulu saya sering mengkaitkan kebahagiaan dengan banyaknya uang dan waktu luang.
Seiring dengan berjalannya waktu (dan bertambahnya umur tentunya hahaha) definisi itu pun berubah.
Menurut penulis buku tsb. kebahagiaan adalah sesuatu yang kita pilih (choose). Ia tekankan pula bahwa:

Sifat dan kualitas dari keputusan hidup kitalah yang menentukan kebahagiaan.

Saya setuju sekali. Pilihan saya atas definisi bahagia tentu tidak sama dengan pilihan Anda.

Ternyata Choose ini juga akronim dari beberapa strategi mencapai kebahagiaan sbb

C - Clarity = Kejelasan
      Anda perlu kejelasan atas tujuan hidup Anda.

H - Health = Kesehatan
      Anda membutuhkan kesehatan yang berkualitas

O - Optimism = Sikap Optimis
       Anda harus memiliki pandangan positif dan realistis terhadap diri Anda

O - Others = Orang lain/ sesama
       Anda harus sadar akan kondisi orang laindan hubungan Anda

S - Strength = Kekuatan
      Anda harus fokus pada kekuatan Anda, dan bukan pada kelemahan Anda

E - Enjoy = Nikmatilah
      Nikmatilah setiap momen kehidupan Anda

Cukup simpel dan mudah diingat ya.
Tapi prakteknya belum tentu...maksudnya...perlu latihan.
Terus terang, soal Clarity saja saya merasa tujuan hidup masih sring berubah-ubah, masih sering terombang-ambing antara keinginan saya dan keinginan orang tua.
Tetapi benar sekali, saat saya memulai hari dengan kejelasan, segala sesuatu memang lebih menyenangkan. Bandingkan saja kalau kita bangun pagi, dan tiba-tiba disibukkan oleh banyak hal yang beragam yang membuat kita tidak bisa fokus, otomatis seharian jadi manyun.

Untuk poin lainnya jelas sekali ya rasanya. Ada yang punya komentar?
Silahkan ya.

 (NB. Tulisan ini saya buat dengan sedikit terburu-buru dan dengan konsentrasi sedikit bercabang karena adanya kembang api dan petasan yang sangat meriah di luar rumah yang membuat anak saya kegirangan dan memanggil-manggil saya untuk ikut menikmati kegembiraannya. Don't worry, be happy)

Friday, August 17, 2012

Just Sharing: 100 Cara Agar Anak Bahagia

Setelah cukup lama absen menulis, tiba-tiba saya mendapat ide untuk sharing isi buku yang saya suka banget. Buku tersebut berjudul "100 Cara Agar Anak Bahagia".

Saya sama sekali tidak bermaksud menjiplak isi buku tersebut, bahkan saya sepenuhnya menyarankan Anda membelinya, karena dengan harga hanya sekitar Rp. 50.000,- (saya lupa persisnya berapa), Anda mendapat sebuah sumber ilmu yang aplikatif, mudah diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Buku yang saya punya adalah versi terjemahan dari buku aslinya yang berjudul "The Secret of Happy Children" karangan Dr. Timothy J. Sharp, yang sering disebut juga sebagai Dr. Happy karena tulisan-tulisannya dan konselingnya terkait soal 'kebahagiaan' ini. 
Buku-buku yang telah ditulisnya antara lain "I'm Happy" dan “100 ways to happiness – a guide for busy people" yang sayangnya saya belum punya (semoga saja ada yang mau sharing serupa :)).

 Kembali soal buku yang ingin saya sharing di tulisan-tulisan berikutnya, Kak Seto Mulyadi (psikolog dan Ketua Dewan Pembinan Komisi Nasional Perlindungan Anak) memberikan kalimat pembuka pada sampul buku tersebut sebagai berikut:

Buku ini mengajarkan kiat-kiat praktis untuk membahagiakan anak di masa sekarang  dan masa datang. Melalui pemaparan yang sederhana dan jelas, orang tua diajak menerapkan 'program kebahagiaan' dalam kehidupan bersama buah hati tercinta.

Untuk saya pribadi, buku ini memberikan arahan yang jelas tentang bagaimana sebaiknya kita bersikap, bahwa semua yang kita lakukan sudah seharunya child-oriented, dan dalam beberapa hal tulisan di buku ini mengkonfirmasi bahwa hal-hal yang sudah saya terapkan dalam mendidik anak Insya Allah sudah tepat.

Rencana saya, sharing isi buku ini akan berupa kutipan dari tips no 1 sd sekian (jangan sampai 100 kali ya, nanti Anda jadi gak beli bukunya dan saya bisa diprotes si penerbit) yang akan saya upayakan satu kutipan setiap harinya, dengan diisi sebagian besarnya dari sharing pengalaman pribadi. 

Semoga bermanfaat.

Don't worry, be happy :)

Monday, June 25, 2012

Yuk mewarnai bareng si kecil!

Secara saya ini dari kecil suka menggambar, terus kuliah di jurusan arsitektur pula, jelas-jelas lah bahwa menggambar itu hobi saya.
Tidak ada niat sama sekali menurunkan minat tersebut pada si buah hati.
Tapi alhamdulillah ternyata si kecil sekarang sukaaa sekali menggambar.


 

Kalau mewarnai bagaimana?
Si kecil gak suka mewarnai pada awalnya. Sejak masuk TK B, barulah saya daftarkan dia di kursus melukis yang diadakan sekolahnya.
Tadinya sempat khawatir, apakah kursus ini akan 'membunuh' kreatifitasnya.
Tapi sebelum saya daftarkan si kecil ikut kursus, saya tanya dulu apakah dia mau atau tidak.
Karena tampaknya dia berminat sekali, maka jadilah...ikut kursus seminggu sekali.

Namanya juga udah ikut kursus, adalah harapan-harapan yang timbul agar si kecil saya itu bisa ikut lomba mewarnai dan bisa menang.
Tapi kalau diperhatikan, dia ternyata masih kalah jauh ketrampilan mewarnainya di banding teman-temannya (yang ternyata sudah ikut les sejak tahun lalu).

Alhamdulillah saya masih bisa menahan diri, tidak pernah mengkritik hasil karya si kecil, ataupun memaksanya mewarnai lebih baik. Saya pikir kan segala sesuatu itu proses, dan biarkan proses itu berjalan alami.

Lalu suatu kali saya sempatkan diskusi dengan sang guru lukis.

Saya: "Pak, Hanif mewarnainya belum terlalu rapi ya."
Guru: "Iya, gak pa pa bu. Tapi kemajuannya kelihatan dalam hal konsentrasi dan ketekunan. Dulu waktu baru ikut les, Hanif sering main-main, bercanda-bercanda. Sekarang dia tekun menyelesaikan tugas mewarnainya. "

Alhamdulillah, sang guru lukis ternyata punya visi mendidik yang insya allah baik. Tidak memaksa si anak. Memang sih beliau juga mengajarkan teknik-teknik mewarnai yang kemungkinan membuat seorang anak bisa juara dalam lomba mewarnai, tapi untungnya dia tidak paksakan hal itu pada semua anak.

Terhadap anak saya dia paham bahwa tahapannya adalah melatih ketekunan dan konsentrasi.
Dan kebetulan cocok sekali ini dengan prinsip saya untuk tidak memaksakan anak ikut lomba-lomba yang tidak perlu atau yang belum saatnya. 

Sejak itu saya semakin semangat menemani si kecil mewarnai. Karena ternyata itu bisa jadi 'quality time' yang menyenangkan buat kami berdua, serta banyak aspek edukasinya, seperti antara lain: melatih ketekunan, konsentrasi (karena kan gak boleh keluar garis), juga motorik halus, belum lagi sense of art nya.

So...mari hari libur ini kita gak usah jalan-jalan ke mall, tapi main aja di rumah...mewarnai bareng si kecil!

Sunday, June 24, 2012

Your children need your presence more than your presents

Apakah yang paling dibutuhkan oleh anak-anak kita?
Rasanya para orang tua di kota-kota besar semakin disibukkan oleh tuntutan memenuhi kebutuhan si buah hati.
Mainan edukatif, pakaian yang lucu dan cantik, film, jalan-jalan ke tempat wisata, les robotik, les ini dan itu....daftarnya begitu panjang.

Saya sendiri mengalami.
Membelikan ini dan itu untuk anak saya.
Itupun rasanya masih kurang terus.
 
Tapi saya sadar juga, bahwa seringkali saya membelikan beberapa mainan yang cukup mahal sebagai upaya saya 'mengurangi dosa', meminimalisir rasa bersalah karena telah meninggalkannya bekerja untuk beberapa jam.

Alhamdulillah, sekarang sih saya masih bisa mengatur waktu agar tetap banyak berada di sampingnya, alih-alih membelikannya banyak mainan.

Setujukah anda bahwa saat kita membelikan mainan-mainan seringkali dengan perasaan bersalah karena telah meninggalkan si kecil, atau dengan harapan keberadaan mainan itu bisa menggantikan peran dan kehadiran kita terutama sebagai orang tua?

Saya gak sengaja menemukan quote berikut saat browsing di internet. Tepat sasaran banget.
Langsung kena, gak bisa ngeles. Berikut quote/ kutipan kalimat bijaksana tersebut:

"Your children need your presence more than your presents"

So true. Dan aku sendiri juga sudah merasakan, dan menikmati hadir di sisi si kecil, menemaninya bermain lego, ular tangga, ataupun nonton film kartun lucu dan tertawa terbahak-bahak bersama.

Dan kehadiran kita berarti rasa sayang, perhatian, dan juga kesempatan kita mengenali betul si buah hati. Mengenali bagaimana dia berkomunikasi, bagaimana dia berimajinasi, bagaimana dia bereaksi terhadap sesuatu hal. What a precious moment. 

Jadi.....sama gak? Gak bisa ngeles kan?
Mungkin kita perlu evaluasi sedikit apakah perlu kita memberikan hadiah-hadiah mainan yang berlebihan.
Tidak mau membelikan bukan karena tidak mampu, tapi karena kita punya pilihan yang lebih baik. :)

Menjaga anak dari pengaruh negatif lingkungan terdekat

Setuju gak bahwa kita gak bisa memilih siapa tetangga kita, atau siapa teman-teman anak kita?
Padahal mungkin gak semua cocok dengan 'gaya' kita, dalam arti, latar belakang pendidikan orang tua, latar belakang budaya dan kebiasaan, sudah pasti menimbulkan 'bentrokan' kecil atau minimal 'friction'.

Contoh sederhana, saya sedang membiasakan anak saya sholat teratur, dengan kegiatan terjadwal. Gak terlalu ketat sih jadwalnya, sangat longgar malah, tetapi tujuannya membiasakan anak saya paham arti waktu dan paham bahwa setiap kegiatan ada waktunya masing2.

Sayangnya anak tetangga saya terdekat, yang paling sering main sama dia, gak punya jadwal seperti ini. Paling minim makan dan mandi aja ada jadwalnya.

Alhasil, saya sesekali harus meminta mereka pulang karena anak saya sudah harus tidur siang, atau harus belajar. Alhamdulillah, anak saya sih gak masalah, gak pernah merengek sama sekali dan menjalankan aturan dengan senang hati. Tapi sangat disayangkan bahwa anak tetangga ini ya dengan jelas-jelas lanjut main ke rumah tetangga lainnya.

Satu contoh lagi, si anak ini juga beberapa kali menggunakan kata-kata yang belum sewajarnya digunakan oleh anak seusianya (6 tahun), seperti 'pacaran' dan 'hamil'.Ooops. Saya super kaget dan langsung menegurnya. Meskipun mungkin ia juga gak paham arti kata-kata tersebut.

Lalu saya curhat pada seorang teman yang sudah 'senior' dan menurut saya ibadah nya baik serta selalu positif pola pikirnya. Dan dengan mengejutkan dia memberi solusi demikian:

Kita tidak mungkin melindungi 100 persen anak kita dari pengaruh lingkungan. Maka cara paling efektif adalah mengubah lingkungan itu sedikit-demi sedikit menjadi lebih baik. Ajarilah anak tetanggamu itu perilaku yang baik. Siapa tahu dia berubah dan bukan tidak mungkin kebaikan itu meluas ke lingkungan yang lebih besar. Kan itu ibadah yang baik sekali untuk kita. 

Masya Allah. Indah sekali konsep sahabat saya itu. Sementara selama ini saya berpikir bahwa orang tua si anak lah bertanggung jawab, bukan urusan saya sama sekali anaknya memperoleh pendidikan seperti apa.

Tapi ini cara berpikir yang sangat berbeda menurut saya. Dan terus terang masih susah saya terima. Lha wong saya mendidik anak sendiri aja dengan segenap enerji dan kasih sayang, masak masih disuruh mendidik anak orang lain.

Tapi argumen sahabat saya itu jelas gak bisa dibantah. Betul gak?
Hmmm sampai saat inipun saya masih pada tahap merenungkan....belum bisa menerapkan....doakan ya teman-teman :)

Tuesday, June 5, 2012

Olive oyl .... and Popeye

Gara-gara beberapa hari ini mencoba masak sendiri, dengan tujuan agar hidup lebih sehat maka jadilah saya mencari-cari info tentang minyak zaitun.

Hehe maaf ya kalo judul postingannya misleading dikit.
Maksudnya mau share tentang olive oil/ minyak zaitun dan juga bayam (maksadotkom)
Tapi bayamnya di next postingan aja yaaa.

Ternyata olive oil/ minyak zaitun yang sering kita temui di supermarket, terutama yg merknya Borges itu hadir dalam tiga jenis.
Tadinya saya pikir sama aja, ternyata nggak lho, dan pemanfaatannya juga harus sesuai.

Berikut ini jenis2nya:
1. Extra virgin olive oil
hanya melalui satu kali proses pemerasan , jadi 'virginitas' nya masih tinggi, sehingga inilah jenis yang paling hebat khasiatnya, Tetapi bau dan rasanya masih tajam, jadi untuk yang baru pertama kali mengkonsumsi atau belum terbiasa, bisa rada 'kaget'. Dan karena tingkat kemurniannya yang tinggi maka jangan digunakan untuk memasak. Gunakanlah untuk salad dressing atau diminum langsung.

2. Extra light olive oil
artinya sudah melalui beberapa kali proses pemerasan, dan pemanfaatan yang paling tepat adalah untuk memasak, menumis, menggoreng.

3. Pure olive oil
sudah melalui banyak proses pemerasan sehingga bau dan rasanya paling ringan. Mungkin paling baik untuk mereka yang baru mulai mengkonsumsi olive oil.

Nah, kalo manfaatnya sendiri apa ya?
Nih dia ringkasannya.

1. Kadar kolesterol 0, dan menaikkan kadar lemak baik/HDL serta menurunkan kadar lemak jahat/LDL
2. Mengandung polifenol yang dapat membantu mengurangi resiko timbulnya kanker.

banyak juga sih makanan sehat lain yg mengandung polifenol, bukan hanya olive oil.

tapi intinya, gak ada gunanya ganti minyak dengan minyak zaitun kalo gaya hidup dan pola makan tetap sama ya. Hehehe.
Well, for me at least it's a start, goreng telur dan numis sayuran pake extra light olive oil :)
mau coba juga? tetap enak kok rasanya. Selamat mencoba.

(Bayamnya Popeye menyusul ya)

Sumber: www.okefood.com, www.thibbun.com

Saturday, May 26, 2012

What is a Success?

How do you define success?
Is it about having a lot of money? How much then?
Is it about having a big house? How big?
Is it about traveling around the world? Which parts of the world?

There is no limit and no end when you define success that way.
You may then find achieving success as a never-ending, stress-driven journey.

I came across this interesting quote from Albert Einstein.

"Try not to become a man of success, but rather rather try to become a man of value".


 What does it mean to you?
Yes, it means differently to different people.

But for me...

...it means that one must not use any means to gain success.
One must not forget the importance of virtue in achieving his goals.
Success is more of holding up to the values we believe in.

So....success for me is about honesty, integrity, sincerity, determination, and helping others.
And I am still on my way there.


Thursday, April 12, 2012

Wanted......for a reason.

Ini tulisan rada iseng, rada narsis, tapi semoga bisa diambil intisarinya....who knows? :)


Pernah merasakan di minta mengajar kembali oleh murid (-murid)?
Saya sudah sering sekali. Dulu sewaktu mengajar di sebuah bank swasta di kawasan Bintaro, satu kelas kompak minta diajar oleh saya lagi di term berikutnya, padahal sudah ditawarkan pengajar native, tetap saja.
Lalu mahasiswa saya di sebuah perguruan tinggi di Pamulang, sampai sekarang masih menanyakan apakah bisa mengajar mereka lagi.
Dan juga, para mahasiswa saya di sebuah perguruan tinggi di Jakarta Barat, paling minim sudah dua grup yang meminta saya mengajar mereka lagi.
Dan salah satu satu kelas privat saya, seorang karyawan yang sibuk dan baru saja mendapat pekerjaan yang lebih keren, gak mau diajar oleh orang lain selain saya.

Alhamdulillah.

Tapi tidak selalu begitu kejadiannya.

Kadang saya juga ngajar suatu kelas biasa-biasa aja, gak ada yang istimewa.

No chemistry.


Tapi kasus seperti yang saya ceritakan di atas terjadi hanya bila saya mengajar dengan hati. Fokus. Tidak terganggu oleh hal-hal lain saat di kelas. Saat saya betul-betul memikirkan keberhasilan tiap-tiap orang yang saya ajar....saat saya mengingat amanah yang ditipkan pada saya...

dan....

juga hanya terjadi bila mereka yang saja ajar tersebut, juga benar-benar belajar dengan hati. Fokus. Tidak terganggu oleh hal-hal lain saat di kelas. Saat mereka betul-betul berusaha menarik manfaat dari apa yang saya ajarkan.

"Apa yang kita terima akan habis, tetapi apa yang kita berikan akan abadi."

I love you all. 

Tuesday, March 6, 2012

I love my life, I love you all.

Bersyukur.
Sudahkah kita merasakan syukur, setiap detik, di setiap hembusan napas kita.

Aku sedang belajar bersyukur. Sebuah proses panjang, yang terus-menerus diuji.
Tapi aku telah belajar bahwa mensyukuri nikmat Allah itu adalah dengan mencintai segala sesuatu di sekitar kita. Yang satu ini juga diujiiii terus.

Aku belajar mencintai orang-orang di sekitarku apa adanya. Gak gampang. Karena kita punya kecenderungan menilai orang lain menurut standar-standar tertentu.

Kita mungkin beranggapan si A kurang gaul, si B kurang ibadah, si C kurang pintar. Ooops, apakah kita sudah demikian kenal mereka?

Bersyukurlah, bertemu dengan beragam jenis manusia akan memperkaya batin kita, memperkuat mental kita, dan ternyata juga bisa membuat kita lebih penyayang, mudah berempati, dan merasakan cinta setiap saat.

I love u all. (and I am also still trying :)) . Thank You, Allah.

Tuesday, February 7, 2012

Jangan sampai bertambah jumlahnya orang yang seperti ini.

Astaghfirullah. Mengemis dijadikan profesi. Dan yang bersangkutan menganggapnya pekerjaan halal. Aku himbau semua sobatku untuk menyalurkan zakat, infaq, dan shodaqoh ke lembaga yang amanah, yang insya allah menyalurkannya untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bukan untuk membagun 'enterprise' serupa cerita berikut ini. Astaghfirullah.

http://www.fimadani.com/pengemis-terkaya-di-indonesia-mampu-beli-mobil/